KONEKSI
ANTAR MATERI
MODUL
2.3 COACHING DALAM SUPERVISI AKADEMIK
Nadi,
S.Pd._CGP Angkatan 10_Kelas 153 B
SD
Negeri Karangmalang 1 Kasreman
Kabupaten
Ngawi
Pengajar
Praktik
Suranto
Wahyu Nugroho, S.T.,M.T
failitator
Winarti,
S.Pd.,M.Pd.
Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabaroakatuh
SALAM GURU PENGGERAK ( Tergerak, Bergerak, Menggerakkan )
Hai
rekan-rekan sekalian, perkenalkan nama saya Nadi Calon Guru Penggerak (CGP)
Angkatan 10 kelas 153 b pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan tentang koneksi antar materi,
Kesimpulan dan Refleksi Modul 2.3 Coaching dalam Supervisi Akademik.
Ø Supervisi
Akademik
Supervisi
akademik dilakukan untuk pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana
tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu:
Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b
diselenggarakan dalam suasana belajar yang:
- · Interaktif
- ·
Inspiratif
- ·
Menyenangkan
- · Menantang
- · Memotivasi Peserta Didik untuk
berpartisipasi aktif dan
- · Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik,
serta psikologis Peserta Didik.
Oleh
karena itu, penting kiranya bagi kita memastikan bahwa supervisi akademik yang
kita jalankan benar-benar berfokus pada proses pembelajaran sebagaimana yang
tertuang dalam standar proses tersebut.
Ø Konsep Coaching
Coaching
didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi,
berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan
atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan
pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003)
mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk
memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk
belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut,
International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk
kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan
profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Coaching,
sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat
penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus
mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses
coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk
mengembangkan diri secara berkesinambungan.
Tujuan coaching adalah menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki dan membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya menghantarkan melalui mendengarkan aktif dan melontarkan pertanyaan, coachee lah yang membuat keputusan sendiri
Ø Paradigma Berpikir Coaching
1. Fokus pada
coachee/rekan yang akan dikembangkan
2. Bersikap terbuka dan
ingin tahu
3. Memiliki kesadaran
diri yang kuat
4. Mampu melihat peluang
baru dan masa depan
Ø Prinsip
Coaching
1.
Kemitraan
2.
Proses Kreatif
3.
Memaksimalkan Potensi
Ø Prinsip
dan Paradigma Berpikir Coaching dalam Supervisi Akademik
Costa
dan Garmston (2016) menyampaikan bahwa kita bisa memberdayakan guru melalui
coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, yang interaksinya bergantung
kepada tujuan dan hasil yang diharapkan. Namun, posisi awal yang kita ambil
adalah posisi sebagai seorang coach, sebelum kita mengetahui tujuan dan hasil
yang diharapkan oleh guru yang akan kita berdayakan. Oleh sebab itu, prinsip
dan paradigma berpikir coaching ini perlu selalu ada sebelum kita memberdayakan
seseorang.
Ø Kompetensi
inti coaching :
1.
Kehadiran Penuh/Presence
2.
Mendengarkan Aktif
3. Mengajukan Pertanyaan
Ø Mendengarkan
aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure:
RASA merupakan
akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
-R
(Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan
semAskua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang
diucapkan.
A
(Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan
merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang
diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan “oh…”
“ya…”. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir
sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk
mencatat.
-S
(Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita
rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci
yang diucapkan coachee. Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi
yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya. Minta coachee untuk
konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuaiSetelah merangkum apa yang disampaikan
coachee bagian terakhir adalah
-A (Ask/Tanya)
mengajukan pertanyaan berbobot.
Ø Coaching
dengan Alur TIRTA
1.Tujuan
Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan
pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee.
2.
Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang
sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat
sesi.
3.
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk
rencana yang akan dibuat)
4.
Tanggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk
langkah selanjutnya)
Ø Umpan
Balik berbasis Coaching
Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat memberikan umpan balik dengan prinsip coaching:
1.Tujuan pemberian umpan
balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee
2. Tanpa umpan balik,
orang tidak akan mudah untuk berubah
3. Sesuai prinsip
coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan
4. Selalu mulai dengan
memahami pandangan/pendapat coachee
Menurut
Costa dan Garmston (2016) dalam Cognitive Coaching: Developing Selfdirected
Leaders and Learners, ada beberapa jenis umpan balik balik yang mendukung
kemandirian untuk penerima umpan balik.
Ø Supervisi
Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching
Dengan
memiliki paradigma berpikir coaching, kita bersama akan meningkatkan peran kita
di sekolah sebagai seorang supervisor. Supervisor yang dimaksud dapat
diperankan oleh kepala sekolah, guru senior dan rekan sejawat.
Supervisi
akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak
secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi
akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang
meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai
tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya
kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan
pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan
mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Supervisi
akademik sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan dan Kualitas guru yang
diharapkan untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau
komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi
kerja para guru. Peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran
yang berpihak pada murid
Seorang
pemimpin pembelajaran dan sekolah perlu menghidupi paradigma berpikir yang
memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada
dalam komunitasnya. Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat
dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru
dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran
baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah satu strategi yang dapat
dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching
dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.
Ø Beberapa
prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:
1. Kemitraan: proses
kolaboratif antara supervisor dan guru
2. Konstruktif: bertujuan
mengembangkan kompetensi individu
3. Terencana
4. Reflektif
5.Objektif:
data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
6. Berkesinambungan
7. Komprehensif: mencakup
tujuan dari proses supervisi akademik
Supervisi
akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam
tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut.
Dalam
buku Supervision for a Better School, Lovell (1980) mendefinisikan supervisi
klinis sebagai rangkaian kegiatan berpikir dan kegiatan praktik yang dirancang
oleh guru dan supervisor dalam rangka meningkatkan performa pembelajaran guru
di kelas dengan mengambil data dari peristiwa yang terjadi, menganalisis data
yang didapat, merancang strategi untuk meningkatkan hasil belajar murid dengan
terlebih dulu meningkatkan performa guru di kelas.
Ø Sebuah
kegiatan supervisi klinis bercirikan:
1.
Interaksi yang bersifat kemitraan
2.
Sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran
yang hendak dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama antara guru dan
supervisor
3.
Siklus supervisi klinis: pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi
4.
Instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan
5.
Objektivitas dalam data observasi, analisis dan umpan balik
6.Analisis dan
interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan
supervisor
7. Menghasilkan rencana
perbaikan pengembangan diri
8. Merupakan kegiatan
yang berkelanjutan
Siklus
dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni Pra-observasi,
Observasi dan Pasca-observasi. Proses tindak lanjut yang meliputi refleksi,
perencanaan pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Seorang
supervisor dengan paradigma berpikir seorang Coach akan senantiasa menjadi
mitra pengembangan diri para guru dan rekan sejawatnya demi mencapai tujuan
pembelajaran yang berpihak pada murid. Percakapan-percakapan antara supervisor
dan para guru senantiasa memberdayakan sehingga setiap guru dapat menemukan
potensi dan meningkatkan kompetensi yang ada pada setiap individu. Supervisi
akademik menjadi bagian dalam perjalanan seorang pendidik menuju tujuan
pembelajaran yang berpihak pada murid dan membawa setiap murid mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.
Sumber : Modul CGP
Ø Refleksi
Pembelajaran Modul 2.3
Pada
Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik selaras dengan salah satu Peran
Guru Penggerak. Menjadi coach bagi guru lain. Setelah mempelajari coaching akan
melakukan atau mengimplementasikan di sekolah. Dalam menjalankan peran menjadi
coach bagi guru lain, terutama yang terkait dengan peningkatan kualitas
pembelajaran bagi murid di sekolah, Guru harus berdaya dalam menemani dan
menuntun rekan sejawatnya itu untuk menelaah proses belajar mereka sendiri.
Belajar keterampilan coaching, memberdayakan diri melalui refleksi atas hasil
pengalaman praktik-praktik profesional sendiri, harus dapat mengambil
pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk mengakses
keterampilan metakognitif ketika melihat dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri
terkait belajar, pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah. Sebagai coach harus
lincah berpindah-pindah dari pemikiran pengembangan rekan sejawat pada level
individu dan level anggota komunitas pendidik di sekolah.
Setelah
saya belajar materi coaching ini,saya sudah mencoba melakukan praktek sebagai
coach, saya merasa tertantang bagaimana bisa menggali pengalaman dalam
mengatasi masalah dan membuat pertanyaan berbobot yang dapat membangkitkan
pengetahuan coachee saya tanpa berusaha memberikan arahan. Saya juga belajar
menahan diri untuk tidak menjudgment, mengasumsikan serta mengasosiasikan
ketika coachee berpendapat. Untuk permasalahan ini saya bertanya pada diri saya
sendiri,apa yang bisa saya lakukan agar emosi saya tetap terkontrol. Menurut
saya disini lah keterampilan sosial emosional yang saya dapat di modul 2.2
diuji pemahamannya. Saya harus mampu mengolah emosi , keterampilan kesadaran
diri, pengelolaan diri dan keterampilan berelasi perlu diterapkan ketika saya
menjadi coach di kelas .
Selama
pembelajaran, saya sudah merasa mampu dalam menahan diri saya untuk tidak
menjudgment ketika siswa saya berpendapat. Saya berikan mereka kebebasan
berpendapat ketika saya mengajukan pertanyaan, tentu dengan pengaturan
kesempatan berpendapat agar tidak mengganggu ketertiban di kelas. Saya merasa
berhasil dalam menerapkan keterampilan sosial emosional . Saya juga selalu
berusaha menjadi pendengar yang baik bagi rekan sejawat saya ketika mereka
berkeluh kesah yang sedikit banyak dapat melepaskan beban mereka. Dari obrolan
santai ini terlahir rencana bagaimana rekan berusaha mengatasi masalah yang
dihadapinya, dan tentu saja saya tetap menerapkan 3 keterampilan coaching yang
sudah saya pelajari.
Ø Keterkaitan Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial dan Emosional ( Modul 2.3, 2.1 dan 2.2 )
- ·Keterampilan coaching dapat
digunakan untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi.
Misalnya, coach dapat membantu guru untuk:
Memahami
kebutuhan belajar siswa: Coach dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu guru untuk memahami apa yang
siswa ketahui, apa yang mereka butuhkan untuk belajar, dan bagaimana mereka
belajar.
Mengembangkan
strategi pembelajaran yang berdiferensiasi: Coach dapat membantu guru untuk
mengembangkan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar
siswa.
Memantau
dan mengevaluasi pembelajaran siswa: Coach dapat membantu guru untuk memantau
dan mengevaluasi pembelajaran siswa untuk memastikan bahwa mereka mencapai
tujuan pembelajaran.
Sistem
Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan
satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk
melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah
satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam
pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan
kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu
peserta didik, dalam hal ini “KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan
peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman
yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda
perlakuan terhadap tanaman jagung yang justeru membutuhkan tempat yang kering untuk
tumbuh dengan baik”.
Kegiatan
untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan
melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening yang telah kita pelajari pada
modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional yang lalu Penting diingat tidak ada
satu cara yang terbaik untuk semuanya karena setiap orang memiliki caranya
masing-masing untuk dapat menghadirkan presence. Untuk itu temukan cara yang
paling efektif untuk Bapak/Ibu agar bisa terus melatih diri dan menerapkannya
sebelum dan selama melakukan percakapan coaching.
- Keterampilan
coaching juga dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran sosial dan
emosional. Misalnya, coach dapat membantu guru untuk:
Membangun
hubungan yang positif dengan siswa: Coach dapat membantu guru untuk
mengembangkan hubungan yang positif dengan siswa sehingga siswa merasa nyaman
untuk belajar dan berkembang.
Membantu
siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional:
Coach
dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, seperti keterampilan
komunikasi, kerja sama, dan resolusi konflik. Menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mendukung pembelajaran sosial dan emosional:
Coach
dapat membantu guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung
pembelajaran sosial dan emosional, seperti lingkungan yang aman, nyaman, dan
mendukung siswa untuk mengambil risiko.
Keterampilan
coaching adalah keterampilan penting yang dapat mendukung pengembangan
kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Keterampilan coaching dapat membantu
pemimpin pembelajaran untuk:
Membangun
tim yang kuat: Coach dapat membantu
pemimpin pembelajaran untuk membangun tim yang kuat dengan
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan anggota tim.
Mengembangkan
komunitas belajar: Coach dapat membantu pemimpin pembelajaran untuk
mengembangkan komunitas belajar yang mendukung pembelajaran dan pengembangan
profesional guru.
Memimpin
perubahan: Coach dapat membantu pemimpin pembelajaran untuk memimpin perubahan
dengan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan anggota tim untuk mendukung
perubahan.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa: keterkaitan peran coach, pembelajaran
berdiferensiasi, dan pembelajaran sosial dan emosional menunjukkan bahwa
keterampilan coaching adalah keterampilan penting yang dapat mendukung
pembelajaran dan pengembangan profesional guru. Saya yakin bahwa dengan
mengembangkan keterampilan coaching, saya dapat menjadi guru yang lebih efektif
dalam mendukung pembelajaran siswa dan pengembangan profesional guru
Semoga
kita bisa menerapkan di sekolah dan menjadi pembelajar sepanjang hayat
GURU BERGERAK, INDONESIA MAJU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar