AKSI NYATA BUDAYA POSITIF MODUL 1.4.a.9.1
PENERAPAN BUDAYA POSITIF
SEBAGAI KARAKTER WARGA SEKOLAH UNTUK MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA”
Oleh : NADI, S.Pd.
SD NEGERI KARANGMALANG 1 KASREMAN
CGP ANGKATAN 10_KABUPATEN NGAWI
A.
LATAR BELAKANG
Maksud pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia, maupun anggota masyarakat, dengan kata lain seorang
pendidik itu hanya dapat menuntun
tumbuh atau hidupnya kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak, agar
dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat
anak, ibarat seorang petani yang menanam jagung misalnya, hanya dapat menuntun
tumbuhnya jagung, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman
jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat
atau jamur-jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi dan lain sebagainya.
Seorang
anak bukanlah seperti kertas kosong (teori tabularasa oleh John Locke,
mengungkapkan bahwa anak lahir ibarat sebuah 'kertas kosong' yang mana
membutuhkan orang dewasa untuk mengisi dan mewarnainya) tetapi anak telah
membawa kekuatan kodrat dan potensi baiknya masing-masing yang masih bergaris
halus, seorang pendidik bertugas menebalkan garis tersebut, menuntun dan
menguatkan potensi-potensi kebaikan yang dimiliki seorang anak.
Banyak cara atau metode yang dapat
dilakukan seorang pendidik dalam menuntun kekuatan kodrat anak “…kita ambil
contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat
menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan
air, membasmi ulat-ulat atau
jamur-jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi dan lain sebagainya.” maka
seorang pendidik dapat melakukan hal
seperti itu melalui lingkup peran dan
nilai sebagai seorang guru penggerak yaitu berperan menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas
praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru lain, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Utamanya
peran kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta
didik secara holistic, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya
untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik
(merdeka belajar) serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem
pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Tentunya dalam menjalankan peran tersebut seorang
guru harus mempunyai nilai-nilai keberpihakan pada murid, mandiri, kolaboratif,
reflektif dan inovatif.
Dimensi profil Pancasila meliputi
1) Beriman, bertakwa
kepada Tuhan yang Maha
Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan
global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Dimensi tersebut merupakan suatu
karakter yang sangat dibutuhkan oleh insan Indonesia sebagai tujuan pendidikan
nasional sehingga menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat di mata dunia.
Dimensi profil pelajar Pancasila merupakan budaya
positif yang harus tumbuh menjadi karakter semua warga sekolah. Karakter budaya
positif tersebut dapat terwujud apabila
diterapkan disiplin
positif . Menurut
KHD “dimana ada kemerdekaan,
disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat
”self discipline” yaitu kita
sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab
jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain
mendisiplin diri kita. Dan peraturan
demikian itulah harus ada di dalam suasana
yang merdeka.
Budaya
Positif di
sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan- kebiasaan di sekolah
yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang
kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Diperlukan perubahan paradigma yaitu melakukan perubahan positif
mulai dari diri kita sendiri (guru) yang menjadi tauladan dan menciptakan suasana kelas yang nyaman, kondusif,
indah, bersih, meyenangkan
dalam mendukung proses belajar mengajar
Upaya dalam menanamkan budaya positif di sekolah, guru memiliki peran sentral yaitu posisi kontrol
guru sebagai manajer
dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa
membentuk budaya positif.
Guru juga berperan
sebagai motivator dan inspirator dalam
menumbuhkan budaya positif sehingga nantinya guru akan
menjadi “ing ngarsa sung tuladha” dan menjadi agen transformasi perubahan.
Dalam menciptakan budaya positif, guru tentunya
harus bekerjasama / kolaborasi dengan
ekosistem sekolah dalam hal ini kepala sekolah,
rekan-rekan guru dan juga murid serta melibatkan
orangtua dan masyarakat sekitar.
B. TUJUAN
Aksi nyata penerapan budaya positif mempunyai tujuan sebagai berikut
:
1.
Menciptakan dan menumbuhkan budaya positif pada semua warga sekolah sebagai
contoh : religius, semangat, aktif, kreatif, budaya salam – sapa - santun,
menghormati guru dan teman, peduli kepada teman dan lingkungan yang bersih-
indah, menghargai waktu dan bertanggung jawab
2.
Mendukung perilaku positif menjadi
karakter yang dimiliki oleh semua warga sekolah.
3.
Menciptakan suasana belajar
mengajar yang menyenangkan
C.
PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA POSITIF
Dispilin
budaya positif di lingkungan sekolah yang harus dilaksanakan oleh semua wargaa
sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, karyawan, dan
stake holder haruslah dilaksanakan sejak dini.
Hal penting adalah melakukan pengamatan terhadap situasi
dan kondisi keadaan sekolah utamanya para siswa.
Dari hasil pengamatan diyakini perluk upaya memberikan
pembiasaan budaya positif bagi para murid yang dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik di kelas dan lingkungan sekolah.
Pelaksanaan budaya positif ini perlu mendapat
perhatian guru dan pengarahan (guru menuntun laku anak) secara perlahan-lahan . sehingga tujuan yang
diinginkan di awal dapat tercapai.
D. LANGKAH AKSINYATA
1.
Berkoordinasi dengan pemangku
kebijakan sekolah, seluruh stakeholder yang mendukung yakni orang tua/wali
murid, wali kelas dan seluruh guru sejawat, dan juga tenaga kependidikan
sekolah untuk penerapan budaya positif di sekolah. Kunci keberhasilan adalah
kolaborasi seluruh elemen sekolah.
Koordinasi dengan Kepala
Sekolah
Koordinasi dengan Wali/Orangtua siswa
2.
Bersama siswa membuat dan
menetapkan keyakinan kelas untuk disepakati bersama. Keyakinan kelas berisi
nilai-nilai kebajikan universal yang akan membuat kelas dan sekolah terasa aman
dan nyaman bila terus dilaksanakan oleh seluruh warganya sehingga menjadi budaya
positif. Keyakinan kelas yang disepakati Bersama
: 1) Menghormati Guru dan Teman. 2) Peduli kepada Teman 3)
Peduli lingkungan kelas yang bersih. 4) Tidak makan saat pelajaran. 5) Meminta
ijin ketika keluar dan masuk kelas. 6) Disiplin waktu dan lain sebagainya
E.
TOLOK UKUR KEBERHASILAN
1. Siswa termotivasi untuk membuat dan
melaksanakan keyakinan kelas yang menjadi kesepakatan bersama
2.
Terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan
3. Terwujudnya
suasana kelas dan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman karena berusaha
menerapkan budaya positif secara pasti.
F.
HASIL NYATA
1.
Siswa melaksanakan keyakinan
kelas dengan konsisten
dan penuh tanggung
jawab
2. Terwujudnya pembelajaran menyenangkan dan suasana
kelas yang ceria, penuh semangat karena budaya
positif dapat dilaksanakan
Suasana Kelas yang Aman dan Nyaman serta Pembelajaran yang Menyenangkan
Terdapat tantangan dalam pelaksanaan budaya positif, di kelas/sekolah. Keadaan ini wajar karena anak usia Sd masih sangat labil sehingga karakter siswa juga bermacam-macam, ada yang bisa disiplin melaksanakan kesepakatan tetapi ada juga yang melanggar. Untuk siswa yang melanggar guru mengambil posisi kontrol manajer, mengupayakan melakukan segitiga restitusi untuk mengetahui alasan dari pelanggaran yang dilakukan siswa, sehingga ketika ada siswa yang melanggar maka tidak langsung menghukum tetapi memberi solusi bagi siswa sekaligus menanamkan konsep-konsep tentang disiplin positif dan pemberian motivasi untuk lebih memiliki karakter budaya positif.
Praktik Restitusi pada Siswa
Gambar di atas guru sedang melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap siswa yang 1) Siswa yang marah karena pekerjaannya dicontek oleh temannya. 2) Siswa yang sering terlambat sekolah (melanggar kesepakatan kelas). Tugas guru sebagai among harus dilaksanakan dengan senantiasa menjadikan dirinya sebagai teladan untuk dapat menuntun dan membimbing murid melaksanakan budaya positif. Posisi control yang sebaiknya dimiliki oleh guru adalah posisi manajer.
Praktik segitiga restitusi terdiri dari 3( tiga) langkah yaitu Menstabilkan validasi tindakan yang salah, menanyakan keyakinan.
H. DOKUMENTASI BUDAYA POSITIF DI LINGKUNGAN SEKOLAH
1. Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran (Religius)
2.
Kegiatan Peningkatan Keimanan dan
Ketaqwaan kepada Tuhan YME (Bersifat Religius)
Kegiatan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME rutin dilakukan setiap hari shoalat dhuha dan dhuhur untuk seluruh siswa, kegiatan berpusat di mushola dekat sekolah.
3.
Menghormati Guru
Siswa memperhatikan penjelasan Guru dalam Pembelajaran
4.
Budaya Salam dan
Sapa
5. Budaya menjaga kebersihan kelas
6.
Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah dalam Kegiatan
Jum’at Bersih
7.
Semangat Belajar Siswa yang Tinggi
Selain mengikuti pembelajaran di kelas
dengan baik, siswa juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler antara lain: TIK,
drumband, pramuka
8.
Menumbuhkan kepedulian kepada Sesama
9.
Meningkatkan kolaborasi siswa dalam kegiatan
projek
Kegiatan projek mengasah
ketrampilan siswa dan kemampuan berkolaborasi dalam tim. Kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa kepedulian
kepada sesama teman, kerjasama yang baik,
dan saling menghormati. Kegiatan projek siswa dilakukan baik di dalam lingkungan sekolah maupun di
luar lingkungan sekolah dengan bekerjasama dengan pihak lain. Anak-anak merasa
senang dengan kegiatan projek karena memberikan pengalaman yang berkesan mampu melakukan suatu kegiatan
yang dapat menghasilkan produk buatannya sendiri.
Kegiatan membatik dan menganyam tas
10. Guru dan karyawan senantiasa memberi tauladan kepada siswa tentang budaya positif dengan disiplin dalam kegiatan sekolah, aktif dalam pembelajaran, aktif dalam kegiatan peningkatan kompetensi dan kolaborasi
Melatih sikap dispilin
Kolaborasi dengan teman sejawat
Pendampingan teman sejawat
I. PENUTUP
Kunci keberhasilan dalam mewujudkan
tujuan penerapan budaya positif di sekolah menjadi suatu karakter adalah
komitmen, disiplin dan kesadaran akan suatu keyakinan bahwa suatu yang baik adalah
sangat bermanfaat. Semua warga sekolah harus saling mendukung penerapan budaya
positif di lingkungan sekolah, semua harus saling mengingatkan dalam kebaikan,
dan saling memberi contoh yang baik. Kebaikan bisa menjadi contoh yang efektif
jika dimulai dari diri kita sendiri. Dengan menghargai orang lain dan peduli
kepada lingkungan maka suasana
pembelajaran yang menyenangkan akan
terwujud yang berimplikasi langsung pada terwujudnya profil pelajar pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar