KONEKSI
ANTAR MATERI MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
NADI, S.Pd.
CGP
ANGKATAN 10 KELAS 153 B
SDN
KARANGMALANG 1 KASREMAN KABUPATEN NGAWI
Perkenalkan saya Nadi, S.Pd.
dari SDN Karangmalang 1 Kasreman Kabupaten Ngawi. Pada kesempatan ini saya
ingin berbagi informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai
kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan kalimat
bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita bersama.
“ Mengajarkan anak menghitung
itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik
” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan
ini untuk mengembangkan potensi seseorang dan diarahkan pada tujuan yang
diharapkan untuk menjadikannya sebagai manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi
peserta didik diarahkan untuk membangun karakter pribadinya sehingga dapat
menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Sebagai sebuah institusi moral, sekolah merupakan sebuah miniatur dunia yang
berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan
moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam
menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh
sekolah, adalah teladan bagi murid.
Seorang pendidik harus mampu
menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya,
sehingga seorang pendidik dapat menjadi role model bagi peserta didik dan
seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal.
Dalam menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu
memberikan kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan
keputusan harus berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai
kebajikan. Kita menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan
integritas sekolah, nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi, dan
keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi
seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Jadi seorang pendidik
senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai
kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan
adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis
Memahami kalimat tersebut, maka
pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter ,
norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral,
kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan
datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha
karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.
Setelah kita memahami beberapa
hal diatas, berikut adalah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi
pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.
1.Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara
dengan Pratap Triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Semboyan yang dicetuskan oleh
KHD yang sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak bagi pendidik adalah
Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing
Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan,
semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus
mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin
(Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari
tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang
muridnya. Semboyan ini memiliki makna mendalam dapat kita jadikan
landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu
berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan
berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat
kita lakukan dalam proses pembelajaran di sekolah, yang tidak hanya menitik
beratkan pada konten kurikulum, namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat
kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan
keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang
bertanggungjawab.
2.Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan?
Perangai seseorang terkadang
merupakan cerminan dari nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang
tersebut. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambil
ketika seseorang tersebut akan mengambil keputusan. Begitu pula dalam proses
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran
diri (self awareness), pengelolaan diri (self
management), kesadaran sosial (social awareness) dan
keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), serta
dalam pengambilan keputusan yang bertangung jawab berdasarkan 3 prinsip yaitu
Berfikir berbasis hasil akhir (ands_Based Thinking), Berpikir Berbasis
Peraturan ( Rule_Based Thinking) , Berpikir Rasa peduli (Care-Based Thinking) akan
mendukung dalam mewujudkan sikap Tut wuri handayani . Hal ini dapat
dilakukan oeh seorang pendidik dengan memberikan dorongan secara moril maupun
materil bagi semua warga sekolah. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam
diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Nilai kejujuran,
integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan —
kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.
3.Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah
pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’
yang telah dibahas pada sebelumnya.
Tidak dapat dielakkan bahwa kita
selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan yang membutuhkan suatu keputusan
dalam penyelesainnya. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan langkah-langkah
yang mengacu pada prinsip tertentu, karenoa dalam pengambilan keputusan
berkaitan erat dengan masa depan suatu organisasi, apalagi menyangkut pada
keputusan yang sifatnya strategis. Salah satu faktor yang sangat membantu dalam
pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Sebagai
pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching.
Selama proses pembelajaran, pendampingan dalam pengujian pengambilan keputusan
melalui kegiatan coaching (bimbingan) yang dilakukan oleh
fasilitator saya rasakan sangat efektif dalam membantu pemahaman saya.
Beberapa contoh praktik coaching
dapat memberi gambaran yang utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan
yang diambil dengan teknik coaching yang berlandaskan etika,
nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid
dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dilakukan
dengan prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui tetapi justru akan
menimbulkan rasa nyaman sehingga coach, sehingga mampu mengidentifikasi
permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Begitu
pula dengan coachee yang dengan rasa nyaman dapat menyampaikan hambatan —
hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai. Hal ini karena coach mampu
menjadi pendengar yang baik sehingga mampu membantu menguraikan permasalahan
melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot. Dengan coaching, guru dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai
coach yang baik guru memiliki harapan terhadap siswanya sehingga dapat
menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah dengan baik.
4.Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial emosional sangat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan wajib berlandaskan pada
nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dengan berpedoman pada 9
langkah pengambilan keputusan. Melalui kedua dasar tersebut kita dapat
menganalisis sehingga dapat membedakan antara dilema etika atau bujukan moral.
Kepekaan sosial emosional
seseorang akan menumbuhkan empati dan simpati, sehingga dapat menempatkan diri
untuk bisa mengenal orang lain . Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan
apa yang peserta didik alami, sehingga kita dapat mengidentifikasi permasalahan
dengan bijaksana, disaat harus melakukan pengambilan keputusan. Guru yang
berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan
pada murid. Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan banyak hal yang
bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4
paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan,
kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu
prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis
rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:
- Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
- Menentukan
siapa saja yang terlibat
- Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan
- Pengujian
benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji
intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
- Pengujian
paradigma benar lawan benar
- Prinsip
Pengambilan Keputusan
- Investigasi
Opsi Trilemma
- Buat
Keputusan
- Tinjau
lagi keputusan Anda dan refleksikan
5.Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada
masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik?
Pembahasan studi kasus yang
berfokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati
seorang pendidik. Pendidik yang telah terlatih akan mempunyai rasa empati dan
simpati yang baik sehingga diharapkan mampu mengidentifikasi dan memetakan
paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
lebih bijak.
Kebijakan yang muncul pada saat
pengambilan keputusan tetap mengacu keberpihakan dan mengutamakan kepentingan
murid, sehingga solusi tepat akan didapat dari setiap permasalahan yang
terjadi. Pendidik yang mampu menganalisis permasalahan dari berbagai sudut
pandang dan pendidik yang dengan tepat, sehingga mampu membedakan apakah
permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Ketika seorang pendidik
dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika, maka
keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Jika
nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan
tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika
nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma
maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut
versi pribadi. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral
atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan
keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah
bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan
yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan
kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
6.Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang kita ambil secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada implementasi pembelajaran
dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus
tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan
tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan
yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Sehingga murid-murid dapat belajar
dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya.
7.Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan yang
dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis
Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap
keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu
tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan
terhadap kasus — kasus yang sifatnya dilema etika adalah perasaan tidak enak
yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan mengikuti 9
langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan
keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
8.Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan
pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah
terciptanya merdeka belajar. Dengan merdeka belajar, murid bebas mencapai
kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan
dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya
masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan
bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah dasar pijakan kita
bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi
untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada.
Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid, hal ini terlihat dari
kurikulum kelas VI yang tidak lagi memecah materi menjadi beberapa kompetensi,
namun menjadi satu kesatuan utuh dan mendalam kedalam satu mata pelajaran.
Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan
setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya sebagai fasilitator
dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung pada penerapan secara
eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat dan
mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan social
emosional murid-murid kita.
9.Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh
seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang
maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan
terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan
bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.
Bagaimana mereka mengambil
keputusan di masyarakat dikemudian hari. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa
pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak
melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji
publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan
kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.
10.Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda
tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya
peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya
bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau skill yang harus
dimiiki oleh guru sebagai pendidik. Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang
guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar
Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola pikir dan
karakter murid. Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk
banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman
dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan, maka
harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur yang
tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan semata untuk menghantarkan murid
menuju profil pelajar pancasila, yang dalam perjalanannya banyak benturan yang
sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu
berpihak kepada murid.
Sekolah sebagai institusi yang
berfungsi memberikan pelayanan, membimbing, mendidik dan mengajar para peserta
didik agar memiliki sifat/tingkah laku yang lebih baik. Sekolah juga bertugas
melakukan proses transfer ilmu dan pembentukan karakter peserta didik. Banyak
hal yang harus dilakukan, tentu saja banyak juga pengambilan keputusan yang
mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus
mampu mengambil keputusan dengan bijak, dengan mengedepankan nilai-nilai
kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Keputusan yang diambil oleh
seorang pemimpim pembelajaran dengan menggunakan alur BAGJA, selalu
berorientasi untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi
lingkungan yang nyaman (well being). Guru mempunyai kewajiban untuk
mengantarkan murid menjadi insan yang cerdas dan berkarakter, menuju profil
pelajar Pancasila. Harapan ini pasti dibutuhkan komitmen dari semua pihak.
Dalam mengawal impian ini tentu banyak juga ditemui permasalahan baik yang
sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan 9
langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu
bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi.
Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai
dengan bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya.
11.Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep
yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Hal-hal yang menurut saya diluar
dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada
pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma,
prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan
yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu
secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian
dengan segala konsekwensinya.
12.Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda
menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema?
Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini
saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang
saya lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa
pertimbangan. Saya sudah merasa aman bila keputusan yang saya ambil sudah sesuai
aturan dan tidak berdampak merugikan banyak orang. Dengan belajar modul ini
saya menjadi lebih kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana
cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah
tertentu yang tidak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.
13.Bagaimana dampak mempelajari konsep ini
buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil
keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Konsep yang sudah saya pelajari
di modul ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya
berpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial
saja sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini
terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual
vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy),
kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan
jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari
atas 3 prinsip dan 9 langkah pengujian. Saya berencana akan mengimplementasikan
landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin
pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas
praktisi. Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya
yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu
berpihak pada murid.
14.Seberapa
penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda
sebagai seorang pemimpin?
Materi pada modul 3.1 bagi saya
sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti
akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari
keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai
perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar
Pancasila. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus
memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai
kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya
mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan
diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir
berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi,
sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based
Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola
berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based
Thinking).
Demikian koneksi antar materi
yang saya paparkan, saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih
banyak, untuk itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya untuk
selalu tergerak belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang
lain. Guru tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.